jump to navigation

Untuk Dia 31 Mei 2008

Posted by RobiMu in Kisahku.
trackback

Bogor,Tujuh Maret 2008, hari terakhir ku bertemu dengannya. Langit hitam yang menggelayut dipundak sang surya, akhirnya membuat sang surya tenggelam bersama dengan turunnya gerimis di kota hujan. Cahaya lampu kendaraan membuat senja itu begitu indah. Tiga hari sebelumnya telah kulaluibersamanya dikota kembang, terasa begitu cepat, entah kenapa dirinya terasa begitu dekat dengan ku saat itu.

Tak ada kata yang terucap dari bibirnya, hanya diam. Ku tau diam itu pertanda kegalauan hati yang begitu gundah dirasakannya saat itu. Dikala malam mulai merayap, hatiku semakin gelisah karena sebentar lagi akan berpisah dengan dirinya. Pukul 20.00 WIB, ingin rasanya tak ada lagi bis yang dapat ku tumpangi untuk mengantarku pulang. Tak mampu lidah ini berkata-kata untuk mengucapkan selamat tinggal, seolah tenggorokanku tercekik tak mampu bersuara. Kepergian kali ini bagiku begitu jauh, ke sebuah kota di ujung Timur Indonesia, yang sebelumnya tak pernah terbayangkan bagiku untuk harus kesana.

Berat hati ini ketika bis yang ku tunggu akhirnya datang. Kelu lidah ini tak mampu berkata, ingin kupeluk dirinya erat-erat saat itu namun ku takbisa, hanya sebuah isyarat hati yang ingin ku katakan bahwa “aku sangat mencintainya dan aku pergi tuk kembali” tuk menjemputnya dimana tak akan ada lagi perpisahan di esok hari nanti.

(Tulisan ini ku persembahkan untuk dia yang menantiku untuk kembali)

Komentar»

1. nurulwidya - 26 September 2008

hiks..
so sweet
ni uda..melankolis abis..

2. Muharsyah Robi - 27 September 2008

Makasih uung atas komennya…baru tau ya uda melankolis…hehehe..skalian belajar bikin kalimat dinovel-novel hehe…

3. Lady Clara - 16 Februari 2009

Sapa? Sapa? Sapa? Mmmm… ?????
Clararch02.blogspot.com


Tinggalkan komentar